Menteri Agama (Menag) Serang Ahmadiyah Karena Takut Arab Saudi

JAKARTA – Sikap Menteri Agama(Menag) Suryadharma Ali yang turut meminta Ahmadiyah dibubarkan dinilai sebagai bentuk ketakutannya, termasuk Pemerintah Indonesia, terhadap Arab Saudi. Pemerintah dinilai takut kepentingannya, terutama di bidang ekonomi, dicabut oleh Kerajaan Arab Saudi.
 
Cendekiawan muslim Dawam Rahardjo mengatakan, terdapat dua faktor yang menyebabkan pemerintah selama ini membiarkan intoleransi berkembang di Indonesia terutama ketika bersikap soal Ahmadiyah. Faktor pertama, kata Dawam, pemerintah dalam hal ini menteri agama takut terhadap Majelis Ulama Indonesia.
 
Majelis Ulama telah mengeluarkan fatwa bahwa Ahmadiyah merupakan ajaran yang sesat sehingga tidak bisa dikategorikan sebagai salah satu aliran dalam Islam. Namun, Dawan menyesalkan sikap pemerintah yang tunduk terhadap Majelis Ulama yang, menurutnya, tidak mencerminkan pandangan umat Islam di Indonesia.
 
Menurut Dawam, siapa dan pihak mana pun tidak berhak menilai suatu kelompok memiliki ajaran sesat. “Manusia tidak berhak, termasuk orang Islam, termasuk Majelis Ulama Indonesia. Mereka tidak berhak menuduh satu aliran itu sesat. Aliran apa pun juga. Hanya Tuhan yang berhak menilai itu,” kata Dawam.
 
Sedangkan faktor kedua, lanjut Dawam, menteri agama tunduk terhadap Kerajaan Arab Saudi karena khawatir mengganggu pelbagai bantuan yang selama ini diberikan ke Indonesia. “Misalnya, (kepentingan) soal haji, bantuan ekonomi dan bantuan di bidang pendidikan,” kata Dawam yang mantan ketua tim penasehat Presiden BJ Habibie itu kepada SH di Jakarta, Kamis (30/1).
 
Saat ini, kata Dawam, terdapat persaingan dominasi dan pengaruh yang sangat kencang antara Kekhalifahan Arab Saudi dengan Kekhalifahan Ahmadiyah yang berpusat di London, Inggris. Persaingan itu, lanjut dia, kemudian berdampak ke banyak negara termasuk di Indonesia.
 
Pendapat itu, kata Dawan, berdasarkan penelitian tesis yang dilakukan Fajar Nugroho, seorang warga Indonesia yang merekam dokumen-dokumen milik badan intelijen negara.
 
Dawam menjelaskan, penelitian tesis itu menyimpulkan bahwa konflik di Indonesia banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur politik internasional. “Jadi soal Ahmadiyah itu sebenarnya persoalan politik,” kata Dawam yang belum lama ini menerima penghargaan Yap Thiam Hien 2013–sebuah penghargaan bergengsi bidang HAM di Indonesia.
Ruhut Ambarita

Sumber: Sinar Harapan, SHNEWS.CO (rilis: Sabtu, 1 Februari 2014, 13.12 WIB; akses: Senin, 3 Februari 2014, 10.40)

Bingung Mengenai Khataman Nabiyeen ?

Anda Bingung Mengenai Khataman Nabiyeen ?




Translate dalam bahasa Indonesia :

Non-Ahmadi muslim menuduh Ahmadi Muslim tidak mempercayai arti sebenarnya dari Khataman Nabiyeen

Namun non-ahmadi muslim juga mempercayai bahwa akan ada Nabi yang datang sesudah Nabi suci tercinta kita Nabi Muhammad SAW.

Bingung Mengenai Khataman Nabiyeen ?


Anda Percaya Bahwa Nabi Suci Muhammad SAW adalah Khataman Nabiyeen

Ahmadiyah : Saya Percaya Bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Khataman Nabiyeen

Anda Percaya Bahwa Tidak Ada Nabi Yang Datang Sesudah Nabi Muhammad SAW kecuali Nabi Isa as.

Ahmadiyah : Saya Percaya Tidak Ada Nabi Yang Datang Setelahnya Kecuali Nabi Isa as

Lalu Dimana Perbedaannya ?

Anda Percaya Bahwa Nabi Isa as Belum Datang

Ahmadiyah : Kami Percaya Bahwa Nabi Isa as Sudah Datang

Anda Berkata Bahwa Allah SWT Menyelamatkan Nabi Isa as Untuk menyelamatkan dunia

Ahmadiyah : Saya berkata apabila Allah SWT ingin menyelamatkan semua orang, Maka Allah SWT akan menyelamatkan Nabi Muhammad SAW

Anda Percaya Bahwa Nabi Isa as Akan Menyelamatkan Umat Nabi Muhammad SAW

Ahmadiyah : Saya Percaya Bahwa Nabi Muhammad SAW akan Menyelamatkan Umat dari Nabi Muhammad SAW

Saya Akan Bertanya Kepada Anda ?

Ahmadiyah : Siapa yang akan menjadi Nabi Isa as Untuk Menyelamatkan Umat Manusia ?

Seorang Hamba dari Nabi Musa as ?

nabi isa
Isa Almasih


Atau

Seorang Hamba dari Nabi Muhammad SAW ?

hazrat mirza ghulam ahmad
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad


Apakah Pemimpin Anda Mengatakan Kepada Anda Yang Sebenarnya ?


Dr. Abdus Salam: Pahlawan Yang Dilupakan Oleh Dunia Muslim


dr abdus salam pahlawan yang dilupakan oleh dunia muslim

Tidak hanya namanya telah dihapus dari buku-buku teks di Pakistan, tetapi juga, setelah kematiannya, pemerintah daerah diminta untuk menghapus kata “Muslim” dari batu nisan di makam yang menuliskan “muslim pertama peraih Nobel “.


Ketika kita merayakan ulang tahun ke-88 Dr. Abdus Salam hari ini, saya tidak bisa mencegah diri menitikkan air mata. Pria ini, yang seharusnya dianggap sebagai pahlawan tidak hanya untuk Pakistan tetapi seluruh Dunia Muslim, terus-menerus ditolak dan dilupakan oleh Pakistan dan dunia muslim.

Dr. Abdus Salam adalah fisikawan teoritis Muslim pertama dan warga Pakistan pertama yang meraih Nobel Fisika pada tahun 1979, atas kontribusinya dalam unifikasi elektrolemah. Dia juga menduduki jabatan sebagai penasihat ilmu pengetahuan Pemerintah Pakistan pada tahun 1960-1974 – posisi dimana ia memainkan peran penting dan berpengaruh dalam pembangunan infrastruktur ilmu pengetahuan di Pakistan. Dalam hal ini, ia mempromosikan tidak hanya pengembangan dan kontribusi dalam fisika teori dan pertikel, tetapi juga memaksimalkan riset sains di negaranya. Dia percaya pada ide “Atom untuk Perdamaian” dan berkontribusi dalam proyek bom atom Pakistan.

Namun pada tahun 1974, setelah Parlemen Pakistan meloloskan RUU yang menyatakan Muslim Ahmadi sebagai “non muslim”, segalanya berubah. Dr. Abdus Salam harus meninggalkan negaranya “dengan kesedihan luar biasa” ia pernah mengaku. Hingga saat ini, ia tetap sebagai salah satu orang paling berpengaruh di Pakistan karena kontribusinya pada pendidikan dan ilmu pengetahuan. Tapi bukannya membuatnya menjadi pahlawan nasional, bangsanya sendiri memilih untuk menolaknya.

Mimpi terbesar Doctor Abdus Salam adalah ingin mendirikan pusat penelitian internasional di Pakistan untuk siswa dari negara-negara dunia ketiga dalam rangka untuk mempromosikan pendidikan, ilmu pengetahuan dan penelitian di sana. Namun pemerintah Pakistan melecehkan dia dan tidak menunjukkan minat dalam proyeknya. Sebaliknya, ketika ia kembali ke Pakistan beberapa tahun setelah itu, mereka menunjuk dia sebagai guru olahraga. Karena situasi tidak menunjukkan perkembangan, dia memilih untuk mendirikan International Centre for Theoretical Physisics (ICTP) kemudian berubah menjadi Abdus Salam International Centre for Theoretical Physics di Trieste, Italia.
Dua tahun lalu, ketika dunia Fisika bertepuk tangan pada penemuan “partikel tuhan” mengingatkan kita atas jasa Dr. Abdus Salam, CNN melaporkan:

“Bayangkan sebuah dunia di mana pedagang kematian dihargai, sementara seorang yang ilmiah dan visioner tidak diakui dan dilupakan. Abdus Salam, satu-satunya pemenang Nobel dari Pakistan, Muslim pertama yang memenangkan hadiah Fisika yang telah membantu meletakkan dasar yang mengarah pada terobosan Higgs Boson. Namun di sekolah-sekolah Pakistan, namanya dihapus dari buku-buku teks … “
Tidak hanya namanya telah dihapus dari buku-buku teks di Pakistan, tetapi juga, setelah kematiannya, pemerintah daerah diminta untuk menghapus kata “Muslim” dari batu nisan di makam yang menuliskan “muslim pertama peraih Nobel “.

Pertanyaan yang muncul tetap sama: apakah pendidikan memiliki hubungan dengan iman seseorang? Mengapa seseorang belum dihargai atas kontribusinya dalam ilmu pengetahuan? Mengapa dia belum dihargai atas usahanya untuk memajukan pendidikan di negara-negara dunia ketiga?

Dr Abdus Salam adalah Pahlawan. Pahlawan nasional untuk Pakistan yang secara tidak adil menolaknya. Pahlawan di seluruh dunia untuk Dunia Muslim yang terus mengabaikannya. Seorang patriot sejati, yang bahkan setelah menerima beberapa tawaran untuk mengubah kewarganegaraannya memilih untuk memberikan Hadiah Nobel kepada negara dan orang-orang yang tidak mengakui dirinya.

Melupakan pahlawan ini tidak hanya kerugian bagi Pakistan, tetapi juga kerugian bagi seluruh Muslim Dunia

- See more at: http://warta-ahmadiyah.org/dr-abdus-salam-pahlawan-yang-dilupakan-oleh-dunia-muslim

Ahmadiyah Muslim Membuka Masjid "Noor" di Crawley Sussex

Ahmadiyah Muslim Membuka Masjid "Noor" Di Crawley Sussex


Jamaah Muslim Ahmadiyah telah membuka masjid di crawley sussex yang telah diresmikan oleh Hazrat Mirza Masroor Ahmad pada hari sabtu tanggal 18 Januari 2014. Video dapat dilihat di bawah ini :




Foto-foto keindahan Masjid Noor di Crawley Sussex :

Ahmadiyah masjid noor di sussex - 2Ahmadiyah masjid noor di sussex - 1




Ahmadiyah masjid noor di sussex - 3



Masjid yang indah ini terbuka untuk semua orang yang ingin datang dan berdoa, Pria maupun wanita memiliki akses yang sama untuk datang ke masjid ini. Masjid Noor memiliki kapasitas 250 orang termasuk laki-laki dan perempuan dan masjid ini dibangun seluruhnya dengan dana yang dihimpun oleh anggota lokal Jamaah Muslim Ahmadiyah.

Seorang Pemuda Ahmadiyah Ditembak Di Rawalpindi, Pakistan

Seorang Pemuda Ahmadiyah Ditembak Di Rawalpindi PakistanPersekusi terjadi lagi di Pakistan, Arsalan Sarwar adalah seorang Ahmadi muslim berusia 17 tahun, yang dilaporkan telah ditembak di daerah kota satelit Rawalpindi kemarin. Menurut Juru Bicara Sadr Anjuman Ahmadiyah Pakistan, Saleem - ud Din, keadaan di sekitar pembunuhan anak muda tersebut masih belum jelas.

Berdasarkan informasi yang diterima, Arsalan Sarwar ditembak pada saat ia sedang mendekorasi lampu hias untuk acara perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. 

Pemerintah Pakistan telah melakukan pengabaian atas material yang diterbitkan secara rutin dan terbuka untuk memprovokasi dan menghasut masyarakat untuk membunuh Ahmadiyah, Banyakdari  kelompok hak asasi manusia yang mengecam hal ini.

"Pemerintah harus memahami tugasnya dan harus menghentikan penerbitan material kebencian terhadap Ahmadiyah," Tuntutan Saleem-ud Din dalam pernyataan masyarakat sebelumnya.

Baca selengkapnya di Warta Ahmadiyah

Pemimpin Muslim Ahmadiyah Akan Meresmikan Masjid Di Sussex

Pemimpin Muslim Ahmadiyah Akan Meresmikan Masjid Di SussexPemimpin muslim dari Komunitas Muslim Ahmadiyah, Yang Mulia, Hazrat Mirza Masroor Ahmad, pada hari sabtu 18 Januari akan meresmikan Masjid Muslim Ahmadiyah pertama di Wilayah Sussex - UK. Peresmian ini akan dihadiri oleh lebih dari 200 tamu yang mewakili semua agama besar serta perwakilan dari parlemen dan masyarakat sipil.

Orang-orang dari semua agama-non muslim akan disambut di masjid baru – yang diberi nama Masjid Noor.

Berbicara tentang peranan masjid, Hazrat Mirza Masroor Ahmad mengatakan :
"Masjid kami adalah simbol perdamaian dan tempat untuk berdoa. Ini adalah keyakinan kami bahwa melalui
doa dan pelayanan kepada kemanusiaan kita dapat memainkan peran positif dalam mempromosikan keharmonisan kepada dunia. Oleh karena itu Masjid harus menjadi sumber manfaat tidak hanya bagi umat Islam tetapi untuk semua orang."

Jamaah Muslim Ahmadiyah telah memimpin kebangkitan perdamaian Islam dimulai pada tahun 1889. Di UK didirikan pada tahun 1913, dan sepanjang abad yang lalu masyarakat telah bekerja tanpa lelah untuk mempromosikan nilai-nilai kesetiaan, kebebasan dan perdamaian. Telah memberikan jutaan untuk amal di Inggris dan pada tahun lalu saja ditanam 30.000 pohon untuk membantu melindungi lingkungan kita.

Pemimpin Muslim Ahmadiyah Akan Meresmikan Masjid Di Sussex 2
Masyarakat membangun masjid pertama di London pada tahun 1926, serta landmark Masjid Baitul Futuh di selatan London, yang merupakan terbesar di Eropa Barat.

Juru bicara Mr Ahsan Ahmedi, Presiden Regional dan masyarakat mengatakan :
"Kami berharap bahwa masjid akan menjadi pusat pembelajaran dan perdamaian di Sussex. Nama masjid adalah 'Noor' yang berarti 'Cahaya' dan kami akan bekerja keras untuk menerangi Crawley dan Sussex dengan kedamaian dan rasa hormat."

Mr Abdul Gafoor , Crawley Presiden mengatakan :
"Masjid ini terbuka untuk semua orang yang ingin datang dan berdoa, atau hanya datang untuk melihat masjid dan bertemu kami. Pria dan wanita memiliki akses yang sama ke masjid dan kami berharap untuk membuat bagian integral dari kehidupan masyarakat lokal kami."

Masjid Noor akan memiliki kapasitas 250 termasuk laki-laki dan perempuan dan memiliki menara baru dibangun oleh Jamaah Muslim Ahmadiyah yang sepenuhnya dibiayai sendiri dan masjid ini dibangun seluruhnya dengan dana yang dihimpun oleh anggota lokal.

Proses inagurasi akan dimulai pukul 18:00 pada tanggal 18 Januari. 


Bung Karno Dan Ahmadiyah

soekarno dan ahmadiyah
Sayyid Shah Muhammad berjabat tangan dengan
Presiden Soekarno di Istana Negara
Selaku seorang tokoh Bapak Bangsa Indonesia dan Tokoh Proklamator, Bung Karno menghargai semua unsur kekuatan bangsa. Beliau menghargai Ahmadiyah karena satu hal ketika bung Karno atas nama rakyat dan bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, Imam Jemaat Ahmadiyah pada waktu itu, Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, membuat seruan ke seluruh dunia agar semua jemaah beliau mendoakan perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan, dan mengintruksikan kepada para mubaligh di Indonesia untuk aktif membantu perjuangan bangsa Indonesia. Beberapa diantaranya yang dengan sukarela menjadi penyiar RRI program bahasa Urdu menyebarluaskan berita mengenai perjuangan bangsa Indonesia.

DUBES RI MENGUNJUNGI PUSAT AHMADIYAH


Sikap Bung Karno yang berhati terbuka terhadap Ahmadiyah itu diketahui oleh Imam Jemaah Ahmadiyah waktu itu, Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad. Ketika beliau mendengar bahwa Presiden Soekarnoa akan berkunjung ke Pakistan, beliau memerintahkan kepada Sayyid Shah Muhammad, yang ketika menjabat Amir/Rais-ut-Tabligh Jemaah Ahmadiyah Indonesia yang berkedudukan di Jakarta, supaya menyampaikan undangan kepada Presiden Soekarno agar sudi menyempatkan diri berkunjung ke Pusat Ahmadiyah di Rabwah.

Presiden Soekarno menerima baik undangan tersebut dan menyarankan agar Jemaah Ahmadiyah di Pusat (Pakistan) menghubungi Pemerintah Pakistan dan meminta supaya dalam acara kunjungan resmi Presiden Soekarno ke Pakistan dicantumkan kunjungan ke Rabwah.

Oleh karena kesulitan-kesulitan tehnis, Presiden Soekarno tidak mengunjungi Rabwah, namun mengintruksikan melalui Menlu pada waktu itu Dr. Subandrio Dubes RI di Pakistan, Dr. Rasyidi untuk mewakili beliau berkunjung ke Pusat Jemaah Ahmadiyah, Rabwah. Di Rabwah Dubes RI mendapat sambutan besar-besaran dan beliau tinggal disana selama tiga hari sebagai Tamu Agung Jemaah Ahmadiyah.

Di dalam bukunya berjudul "Dibawah Bendera Revolusi" pada halaman 346, Bung Karno mengungkapkan kesannya tentang Ahmadiyah sebagai berikut:

"Maka oleh karena itu, walaupun ada beberapa fasal dari Ahmadiyah tidak saya setujui dan malahan saya tolak... Tokh saya merasa wajib berterima kasih atas faedah-faedah dan penerangan-penerangan yang telah saya dapatkan dari mereka punya tulisan-tulisan rasional, modern, broad minded dan logis itu...."

Warta Ahmadiyah

Raja Pena